Laman

Kamis, 29 Maret 2012

Sistem Ekonomi Islam

Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme.
Di Indonesia ekonomi syariah mulai dikenal sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Selanjutnya ekonomi berbasis syariah di Indonesia ini mulai menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Pada dasarnya, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Islam Indonesia untuk menerapkan ekonomi syariah sebagai bukti ketaatan dan ketundukan masyarakat pada Allah SWT dan Rasulnya. Penerapan hukum syariah bukan hanya terbatas pada bank-bank saja, tapi sudah menjalar ke bisnis asuransi, bisnis multilevel marketing, koperasi bahkan ke pasar modal.
Ø Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam
Muhammad Abdul Mannan
“Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam”.
M.M Metwally
“Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas”.
Hasanuzzaman
“Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat”.
Ø Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah
Dalam sejarah, lahirnya ekonomi Islam pada masa-masa sekarang ini lebih disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor ajaran agama yang melarang riba dan menganjurkan sodaqoh. Kedua, timbulnya surplus dolar dari negara-negara penghasil dan pengekspor minyak dari Timur Tengah dan negara Islam di mana mereka pada akhirnya membutuhkan institusi keuangan Islam untuk menyimpan dana mereka.
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.
Ø Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam
1. Tauhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya.
3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).
Ø Empat Ciri/Sifat Sistem Islam
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Ø Prospek Ekonomi Syariah
Di sektor perbankan saja misalnya, sampai tahun 2010 nanti jumlah kantor bank-bank syariah diperkirakan akan mencapai 586 cabang. Prospek perbankan syariah di masa depan diperkirakan juga akan semakin cerah. Selain perbankan, sektor ekonomi syariah lainnya yang juga mulai berkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada intinya adalah kejelasan dana, tidak mengandung judi dan riba atau bunga. Sama halnya dengan perbankan syariah, melihat potensi umat yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat menjanjikan. Dalam sepuluh tahun ke depan diperkirakan Indonesia bisa menjadi negara yang pasar asuransinya paling besar di dunia. Data dari Asosiasi Asuransi Syariah di Indonesia menyebutkan, tingkat pertumbuhan asuransi syariah selama 5 tahun terakhir mencapai 40 persen, sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen. Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industri keuangan syariah yang kini sedang berkembang pesat.
Ø Dukungan Pemerintah
Meski sudah menunjukan eksistensinya, masih banyak kendala yang dihadapi bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Soal pemahaman masyarakat selama ini yang masih kurang memadai. Kendala lainnya yang cukup berpengaruh adalah adanya dukungan penuh dari para pengambil kebijakan di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan ekonomi. Praktisi perbankan syariah,
Maka konsep ini akan mengangkat kembali wajah perekonomian kita, artinya memperkuat basis perekonomian kita, yang selama ini menganut sistem kapitalis. Dalam jangka panjang akan memberi pengertian pada masyarakat bahwa harta bukan lagi kepemilikan pribadi, melainkan kepemilikan sosial. Dari sisi inilah islam bisa mengangkat kembali perekonomian bangsa dengan sistem ta’awun. Sehingga milyarder bisa menolong orang-orang menengah ke bawah untuk mengangkat taraf ekonomi mereka, ke jenjang yang lebih mapan. Andaikan mereka tahu betapa Islam sangat memperhatian urusan sosial ekonomi, maka negeri ini ada harapan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.

Senin, 26 Maret 2012

Wanita Karir Dalam Pandangan Islam


MUQADDIMAH

Islam adalah syariat yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta Manusia, hanya Dia-lah yang Maha Mengetahui seluk beluk ciptaan-Nya. Hanya Dia yang Maha Tahu mana yang baik dan memperbaiki hamba-Nya, serta mana yang buruk dan membahayakan mereka. Oleh karena itu, Islam menjadi aturan hidup manusia yang paling baik, paling lengkap dan paling mulia, Hanya Islam yang bisa mengantarkan manusia menuju kebaikan, kemajuan, dan kebahagiaan dunia akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rosul apabila dia menyerumu kepada sesuatu (ajaran) yang memberi kehidupan kepadamu“. (QS. Al-Anfal: 24).

Allah adalah Dzat yang maha pengasih, maha penyayang dan terus mengurusi makhluk-Nya, oleh karena itu Dia takkan membiarkan makhluknya sia-sia, Allah berfirman:

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa ada perintah, larangan dan pertanggung-jawaban)?!” (QS. Al-Qiyamah:36, lihat tafsir Ibnu Katsir 8/283).

Oleh karena itulah, Allah menurunkan syariat-Nya, dan mengharuskan manusia untuk menerapkannya dalam kehidupan, tidak lain agar kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih maju, lebih mulia, dan lebih bahagia di dunia dan di akhirat.

NAFKAH, KEWAJIBAN SUAMI


Dalam Islam, yang wajib memberikan nafkah adalah suami. Islam menjadikan suami sebagai kepala keluarga, di pundaknyalah tanggung jawab utama lahir batin keluarga. Islam juga sangat proporsional dalam membagi tugas rumah tangga, kepala keluarga diberikan tugas utama untuk menyelesaikan segala urusan di luar rumah, sedang sang isteri memiliki tugas utama yang mulia, yakni mengurusi segala urusan dalam rumah.

Norma-norma ini terkandung dalam firman-Nya:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Para lelaki (suami) itu pemimpin bagi para wanita (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (yang lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (yang lelaki) telah memberikan nafkah dari harta mereka”
 (QS. An-Nisa: 34).

WANITA TINGGAL DI RUMAH


Perbuatan ihsan (baik) seorang suami harus dibalas pula dengan perbuatan yang serupa atau yang lebih baik oleh isteri. Ia harus berkhidmat kepada suaminya dan menunaikan amanah mengurus anak-anaknya menurut syari’at Islam yang mulia. Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada dirinya untuk mengurus suaminya, mengurus rumah tangganya, mengurus anak-anaknya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, artinya : “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [QS. Al-Ahzaab : 33].

Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan perkataannya : “Maksudnya, hendaklah kalian (para istri) menetapi rumah kalian, dan janganlah keluar kecuali ada kebutuhan. Termasuk diantara kebutuhan yang syar’i adalah keluar rumah untuk shalat di masjid dengan memenuhi syarat-syaratnya” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/409).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya : “Wanita adalah aurat. Apabila ia keluar, syaitan akan menghiasinya dari pandangan laki-laki.” [HR.Tirmidzi (no. 1173). Lihat Shahiihul Jaami’ (no. 6690)].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah berkata, “Tidak boleh baginya untuk keluar dari rumahnya kecuali mendapat izin dari suami. Seandainya ia keluar tanpa izin dari suaminya, maka ia telah berlaku durhaka dan bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan wanita tersebut berhak mendapatkan hukuman.” [Majmuu' Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XXXII/281)].

WANITA BEKERJA DI LUAR RUMAH

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bekerja dan mencari nafkah adalah kewajiban seorang suami sebagai kepala rumah tangga. Akan tetapi, Islam pada dasarnya tidak melarang wanita untuk bekerja.

Wanita boleh bekerja, jika memenuhi syarat-syaratnya dan tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh syari’at.

Syaikh Abdul Aziz Bin Baz mengatakan: “Islam tidak melarang wanita untuk bekerja dan bisnis, karena Alloh jalla wa’ala mensyariatkan dan memerintahkan hambanya untuk bekerja dalam firman-Nya:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

“Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Alloh, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu“ (QS. At-Taubah:105)

Perintah ini mencakup pria dan wanita. Alloh juga mensyariatkan bisnis kepada semua hambanya, Karenanya seluruh manusia diperintah untuk berbisnis, berikhtiar dan bekerja, baik itu pria maupun wanita, Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang tidak benar, akan tetapi hendaklah kalian berdagang atas dasar saling rela diantara kalian” (QS. An-Nisa:29). Perintah ini berlaku umum, baik pria maupun wanita.

SYARAT WANITA BEKERJA


Meskipun demikian, WAJIB diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan dan bisnisnya, syarat – syarat sebagai berikut :

1.Bebas dari hal-hal yang menyebabkan masalah, kemungkaran, membahayakan agama dan kehormatan.

2.Pekerjaannya tidak mengganggu kewajiban utamanya dalam urusan dalam rumah, karena mengurus rumah adalah pekerjaan wajibnya, sedang pekerjaan luarnya bukan kewajiban baginya, dan sesuatu yang wajib tidak boleh dikalahkan oleh sesuatu yang tidak wajib.

3.Harus dengan izin suaminya, karena istri wajib mentaati suaminya.

4.Menerapkan adab-adab islami, seperti: Menjaga pandangan, memakai hijab syar’i, tidak memakai wewangian, tidak melembutkan suaranya kepada pria yang bukan mahrom, dll.

5.Pekerjaannya sesuai dengan tabi’at wanita, seperti: mengajar, dokter, perawat, penulis artikel, buku, dll.

6.Tidak ada ikhtilat di lingkungan kerjanya. Hendaklah ia mencari lingkungan kerja yang khusus wanita, misalnya: Sekolah wanita, perkumpulan wanita, kursus wanita, dll.

7.Hendaklah mencari dulu pekerjaan yang bisa dikerjakan di dalam rumah. Jika tidak ada, baru cari pekerjaan luar rumah yang khusus di kalangan wanita. Jika tidak ada, maka ia tidak boleh cari pekerjaan luar rumah yang campur antara pria dan wanita, kecuali jika keadaannya darurat atau keadaan sangat mendesak sekali, misalnya suami tidak mampu mencukupi kehidupan keluarganya, atau suaminya sakit, dll.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata : Jika dikantornya terjadi campur baur antara kaum laki-laki dengan kaum wanita, maka wanita tidak boleh bekerja di sana dengan mitra kerja laki-laki yang sama-sama bekerja di satu tempat bekerja. Demikian ini karena bisa terjadi fitnah akibat bercampur baurnya kaum laki-laki dengan kaum wanita.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya terhadap fitnah kaum wanita, beliau mengabarkan bahwa setelah meninggalnya beliau, tidak ada fitnah yang lebih membahayakan kaum laki-laki dari pada fitnahnya kaum wanita, bahkan di tempat-tempat ibadah pun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan jauhnya kaum wanita dari kaum laki-laki, sebagaimana disebutkan dalam salah satu sabda beliau, artinya : “Sebaik-baik shaf kaum wanita adalah yang paling akhir (paling belakang) dan seburuk-buruknya adalah yang pertama (yang paling depan)” [HR. Muslim dalam Ash-Shalah 440].

Karena shaf pertama (paling depan) adalah shaf yang paling dekat dengan shaf kaum laki-laki sehingga menjadi shaf yang paling buruk, sementara shaf yang paling akhir (paling belakang) adalah yang paling jauh dari shaf laki-laki. Ini bukti nyata bahwa syari’at menetapkan agar wanita menjauhi campur baur dengan laki-laki. Dari hasil pengamatan terhadap kondisi umat jelas sekali bahwa campur baurnya kaum wanita dengan kaum laki-laki merupakan fitnah besar yang mereka akui, namun kini mereka tidak bisa melepaskan diri dari itu begitu saja, karena kerusakan merajalela.[Nur ‘Ala Ad-Darb, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, hal.82-83]

Karena itu, pekerjaan/bisnis, seperti jual beli antara mereka bila dipisahkan dengan pria itu boleh, begitu pula dalam pekerjaan mereka. Yang wanita boleh bekerja sebagai dokter, perawat, dan pengajar khusus untuk wanita, yang pria juga boleh bekerja sebagai dokter dan pengajar khusus untuk pria. Adapun bila wanita menjadi dokter atau perawat untuk pria, sebaliknya pria menjadi dokter atau perawat untuk wanita, maka praktek seperti ini tidak dibolehkan oleh syariat, karena adanya fitnah dan kerusakan di dalamnya.

Kecuali dalam keadaan darurat, jika situasinya mendesak seorang pria boleh mengurusi wanita, misalnya pria boleh mengobati wanita karena tidak adanya wanita yang bisa mengobatinya, begitu pula sebaliknya. Tentunya dengan tetap berusaha menjauhi sumber-sumber fitnah, seperti menyendiri, membuka aurat, dll yang bisa menimbulkan fitnah. Ini merupakan pengecualian (hanya boleh dilakukan jika keadaannya darurat). (Lihat Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz, jilid 28, hal: 103-109)

DAMPAK NEGATIF WANITA BEKERJA DI LUAR RUMAH


Meskipun pada dasarnya Islam tidak melarang wanita bekerja di luar rumah, namun tetap saja ancaman/bahaya kerusakan dan kemungkaran akan terus ada, seiring dengan kelemahan dan keterbatasan seorang wanita secara khusus dan sebagai manusia secara umum.

1). Bahaya bagi wanita itu, yaitu akan hilangnya sifat dan karakteristik kewanitaannya, menjadi asing dengan tugas rumah tangga dan kurangnya perhatian terhadap anaknya.

2). Bahaya bagi diri suami, yaitu suami akan kehilangan curahan kelembutan, keramahan, dan kegembiraan. Justru yang didapat adalah keributan dan keluhan-keluhan seputar kerja, persaingan karir antar teman, baik laki-laki maupun wanita. Bahkan, tidak jarang suami kehilangan kepemimpinannya lantaran gaji isteri lebih besar. Wallaahul Musta’aan.

3). Bahaya (dampak) bagi anak, yaitu hilangnya kelembutan, kasih sayang dan kedekatan dari seorang ibu. Semua itu tidak dapat digantikan oleh seorang pembantu atau pun seorang guru. Justru yang didapati anak adalah seorang ibu yang pulang dalam keadaan letih dan tidak sempat lagi memperhatikan pendidikan anak-anaknya.

4). Bahaya (dampak negatif) bagi kaum laki-laki secara umum, yaitu apabila semua wanita keluar dari rumahnya untuk bekerja, maka secara otomatis mereka telah menghilangkan kesempatan bekerja bagi laki-laki yang telah siap untuk bekerja.

5). Bahaya (dampak negatif) bagi pekerjaan tersebut, yaitu bahwa fakta di lapangan menunjukkan bahwa wanita lebih banyak memiliki halangan dan sering absen karena banyaknya sisi-sisi alami (fitrah)nya yang berpengaruh terhadap efisiensi kerja, seperti haidh, melahirkan, nifas, dan lainnya.

6). Bahaya (dampak negatif) bagi perkembangan moral, yaitu hilangnya kemuliaan akhlak, kebaikan moral serta hilangnya rasa malu dari seorang wanita. Juga hilangnya kemuliaan akhlak dan semangat kerja dari kaum suami. Anak-anak pun menjadi jauh dari pendidikan yang benar semenjak kecil.

7). Bahaya (dampak negatif) bagi masyarakat, yaitu bahwa fenomena ini telah mengeluarkan manusia dari fitrahnya dan telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sehingga mengakibatkan rusaknya tatanan hidup dan timbulnya kekacauan serta keributan. [
Shahiih Washaaya Rasuul lin Nisaa' (hal. 469-470)].

ISU EMANSIPASI DAN SYUBHAT


Isu emansipasi yang digembar-gemborkan telah menjadikan sebagian besar kaum wanita terpengaruh untuk keluar rumah dan melalaikan kewajiban yang paling utama sebagai seorang isteri dan ibu rumah tangga. Bahkan, mereka berani berdalih dengan tidak cukupnya penghasilan yang diperoleh suaminya, meskipun dia telah memiliki rumah atau kendaraan atau harta lainnya yang banyak. Hal ini menjadi sebab timbulnya malapetaka di dalam rumah tangga.

Tidak jarang justru keluarganya menjadi berantakan karena anaknya terlibat kasus narkoba, atau kenakalan, atau hubungan suami isteri menjadi tidak harmonis karena isteri lebih sibuk dengan urusan kantornya, bisnis, dagang, dan sebab-sebab lain yang sangat banyak disebabkan lalainya sang isteri.

Kadang terbetik dalam benak kita, mengapa Islam terkesan mengekang wanita?!

Inilah doktrin yang selama ini sering dijejalkan para musuh Islam, mereka menyuarakan pembebasan wanita, padahal dibalik itu mereka ingin menjadikan para wanita sebagai obyek nafsunya, mereka ingin bebas menikmati keindahan wanita, dengan lebih dahulu menurunkan martabatnya, mereka ingin merusak wanita yang teguh dengan agamanya agar mau mempertontonkan auratnya, sebagaimana mereka telah merusak kaum wanita mereka.

Lihatlah kaum wanita di negara-negara barat, meski ada yang terlihat mencapai posisi yang tinggi dan dihormati, tapi kebanyakan mereka dijadikan sebagai obyek dagangan hingga harus menjual kehormatan mereka, penghias motor dan mobil dalam lomba balap, penghias barang dagangan, pemoles iklan-iklan di berbagai media informasi, dll. Wanita mereka dituntut untuk berkarir padahal itu bukan kewajiban mereka, sehingga menelantarkan kewajiban mereka untuk mengurus dan mendidik anaknya sebagai generasi penerus. Selanjutnya rusaklah tatanan kehidupan masyarakat mereka. Tidak berhenti di sini, mereka juga ingin kaum wanita kita rusak, sebagaimana kaum wanita mereka rusak lahir batinnya, dan diantara langkah awal menuju itu adalah dengan mengajak kaum wanita kita -dengan berbagai cara- agar mau keluar dari rumah mereka.

Cobalah lihat secuil pengakuan orang barat sendiri, tentang sebab rusaknya tatanan masyarakat mereka berikut ini:

Samuel Smills: “Sungguh aturan yang menyuruh wanita untuk berkarir di tempat-tempat kerja, meski banyak menghasilkan kekayaan untuk negara, tapi akhirnya justru menghancurkan kehidupan rumah tangga, karena hal itu merusak tatanan rumah tangga, merobohkan sendi-sendi keluarga, dan merangsek hubungan sosial kemasyarakatan, karena hal itu jelas akan menjauhkan istri dari suaminya, dan menjauhkan anak-anaknya dari kerabatnya, hingga pada keadaan tertentu tidak ada hasilnya kecuali merendahkan moral wanita, karena tugas hakiki wanita adalah mengurus tugas rumah tangganya…”.

Dr. Iidaylin: “Sesungguhnya sebab terjadinya krisis rumah tangga di Amerika, dan rahasia dari banyak kejahatan di masyarakat, adalah karena istri meninggalkan rumahnya untuk meningkatkan penghasilan keluarga, hingga meningkatlah penghasilan, tapi di sisi lain tingkat akhlak malah menurun… Sungguh pengalaman membuktikan bahwa kembalinya wanita ke lingkungan (keluarga)-nya adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan generasi baru dari kemerosotan yang mereka alami sekarang ini”. (lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, jilid 1, hal: 425-426)

Lihatlah, bagaimana mereka yang obyektif mengakui imbas buruk dari keluarnya wanita dari rumah untuk berkarir… Sungguh Islam merupakan aturan dan syariat yang paling tepat untuk manusia, Aturan itu bukan untuk mengekang, tapi untuk mengatur jalan hidup manusia, menuju perbaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat… Islam dan pemeluknya, ibarat terapi dan tubuh manusia, Islam akan memperbaiki keadaan pemeluknya, sebagaimana terapi akan memperbaiki tubuh manusia… Islam dan pemeluknya, ibarat UU dan penduduk suatu negeri, Islam mengatur dan menertibkan kehidupan manusia, sebagaimana UU juga bertujuan demikian…

Jadi Islam tidak mengekang wanita, tapi mengatur wanita agar hidupnya menjadi baik, selamat, tentram, dan bahagia dunia akhirat. Begitulah cara Islam menghormati wanita, menjauhkan mereka dari pekerjaan yang memberatkan mereka, menghidarkan mereka dari bahaya yang banyak mengancam mereka di luar rumah, dan menjaga kehormatan mereka dari niat jahat orang yang hidup di sekitarnya…

PENUTUP


Solusi atas problema wanita bekerja di luar rumah, tergantung pada kondisi atau keadaan seorang wanita. Apakah sang suami mengijinkannya untuk bekerja? Apa pekerjaannya tidak mengganggu tugas utama dalam rumah tangga? Apa tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan dalam rumah? Jika lingkungan kerja yang ada keadaannya ikhtilat (campur antara pria dan wanita), apa tidak ada pekerjaan lain yang lingkungannya tidak ikhtilat? Jika tidak ada, apakah bekerjanya seorang wanita sudah dalam kondisi darurat, sehingga apabila tidak bekerja , akan terancam hidupnya atau paling tidak hidupnya akan terasa amat berat? Jika memang demikian, sudahkah sang wanita/isteri menerapkan adab-adab islami ketika keluar rumah? Insya Allah dengan uraian di atas, kita bisa menjawab problema tersebut di atas…

Memang, seringkali kita butuh waktu dan step by step dalam menerapkan syariat dalam kehidupan kita, tapi peganglah terus firman-Nya:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertaqwalah kepada Alloh semampumu!” (QS. At-Taghabun:16)

dan firman-Nya (yang artinya):

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ

“Jika tekadmu sudah bulat, maka tawakkal-lah kepada Alloh!” (QS. Al Imran:159),

juga sabda Rasul -shallallahu alaihi wasallam- “Ingatlah kepada Allah ketika dalam kemudahan, niscaya Allah akan mengingatmu ketika dalam kesusahan!” (HR. Ahmad, dan di-shahih-kan oleh Albani), dan juga sabdanya:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا أَعْطَاكَ اللَّهُ خَيْرًا مِنْهُ (رواه أحمد وقال الألباني: سنده صحيح على شرط مسلم)

“Sungguh kamu tidak meninggalkan sesuatu karena takwamu kepada Alloh azza wajall, melainkan Alloh pasti akan memberimu ganti yang lebih baik darinya” (HR. Ahmad, dan di-shahih-kan oleh Albani).

Yakinlah …

Married Young


Married young, back to being a teen trend Indonesia lately. A variety of factors which caused the lovers marry young. Either because it wanted to avoid sin, or are already kebablasan in sex related. Before marriage is easy to know the good thing and hurt to marry young.

Many young couples decide to marry with consideration of avoiding sin. The grounds were finally married, young became a phenomenon that hit the teens at this time. Although it was well done, but it is also its negative value.

some positive points,. marry young:

1.The age of the child not to be embedded with remote
When a pair of young lovers decide to marry, have children, then when they do not age will vary considerably with the age of the child. Such conditions can get you close to the child, so as not to shock generation
2.Age of productive longer
If both spouses are married young in early adulthood (20-40 years), meaning from the beginning stage of development the early adult developmental stages stepped up to become the new pasutri has a longer time. Development of the physiological and biological matter is still balanced, so that it can still be aligned and create more lasting relationships.
3.Learn together
Both couples are married at a young age is still the same in the process learned a lot of things. One of the most important is trying to learn a variety of ways to become a mother and father.
4.Be in line with the child
When becoming a parent at a young age tend to have children, can have thought its not too different, thus giving the advantage to the child. So the difference is not too far away to make their view is not very visible.

All of the above points, will be able to happen when both spouses equally mature. It means mental really needs to be prepared and considered as mature.

negative points were married young, among other things:

1.Age is not a factor in determining
Maturity is not determined by the age factor. Although the two couples decide to marry has entered early adulthood, but its development stage yet got to that stage. Then it happens is the incidence of different ways of thinking. Such as how to divide time between family and friendship.
When couples are unprecedented emotional immature stages of development, then she will strive to always be near his friends. Because he hasn't been willing to abandon this phase having fun. So, he can not fully committed to becoming a father or mother. It is not surprising that this will trigger a conflict, because when a person runs the role and duties will affect their relationship.

2.Divorce
When it is well known the existence of developmental stages of emotional immature, when that condition goes on then it is likely the two sides will give up. Divorce has become an attractive option.

Preparation of a mature
In addition to the factors of maturity, preparations were noteworthy. Does it mean to be ready and be considered mature about the steps to be taken. If only for the reason to avoid sin, it is the most superficial.
Because it is more than that, marriage is a sacred bond where two people who decide tied in a wedding is responsible for fostering mutually so that eventually created a harmonious family in accordance with expectations.

Family support
A marriage will not be realized without the support of the family. For that, you have to pocket the aegis family.
Because marriage is a bond of infinite time, so a parent support and family badly needed here so not going to happen in the middle of the road conditions for surrender.

Jumat, 03 Februari 2012

RINGKAAN MATERI SOSIOLOGI KLS X

INTERAKSI SOSIAL
1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

2. Proses Interaksi Sosial
Interaksi sosial terjadi karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam diri manusia mencakup kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif, serta naluri untuk hidup berkelompok atau bersama orang lain.

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Ada 2 syarat terjadinya interaksi sosial:
  1. Kontak sosial, berdasarkan cara komunikasi terbagi menjadi 2: Kontak langsung & Tidak langsung. Sedangkan berdasarkan proses komunikasi dibedakan menjadi 2: Kontak Primer & Kontak Sekunder
  2. Komunikasi, yaitu tafsiran seseorang terhadap perilaku orang lain yang diwujudkan dengan pembicaraan, gerak gerik, sikap, maupun perasaan tertentu.

4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

  1. Kerjasama, yaitu bergabungnya sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Meliputi:
1.Bargaining, perjanjian tukar menukar barang dan jasa antar 2 organisasi atu lebih
2. Kooptasi, proses penerimaan unsure-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
3. Koalisi, merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan sama
4. Joint Venture, adalah kerjasama dalam pengusahaan proyek tertentu dengan system bagi hasil
5. Kerukunan, mencakup gotong royong dan tolong menolong.
  1. Akomodasi, yaitu usaha untuk menciptakan keseimbangan dalam interaksi antara individu maupun kelompok yang berkaitan dengan pelaksanaan nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Atau usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercapai kestabilan kembali. Akomodasi sebenarnya suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
  2. Asimilasi, merupakan proses social yang ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap, serta proses mental untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama.
  3. Akulturasi, proses penyatuan berbagai unsur kebudayaan asing yang diterima, diolah, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan itu sendiri, sehingga menjadi suatu bentuk kebudayaan baru.
  4. Persaingan, merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya persaingan antar individu maupun kelompok dalam mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka tanpa menggunakan ancaman dan kekerasan.
  5. Kontravensi, suatu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertikaian serta ditandai dengan adanya gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, keraguan terhadap kepribadian, dan perasaan tidak suka yang disembunyikan bahkan kebencian pada seseorang.
  6. Pertentangan, adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara menantang pihak lawan melalui ancaman atau kekerasan.
 Bentuk Interaksi  a, b, c, d, adalah interaksi yang bersifat Asosiatif, sedangkan e, f, g, bersifat Disosiatif.

5. Faktor Pendorong Interaksi Sosial
a. Imitasi, yaitu proses peniruan tingkah laku orang lain untuk diterapkan pada seseorang yang meniru tingkah laku tersebut.
b. Sugesti, adalah suatu pendapat, saran, pandangan atau sikap yang diberikan pada seseorang dan diterima tanpa disertai daya kritik.
c. Identifikasi, merupakan suatu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
d. Simpati, adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting.

NILAI & NORMA SOSIAL
Nilai Sosial
Dapat diartikan sebagai sesuatu yang baik, yang didinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting oleh warga masyarakat dan dijadikan dasar dalam menentukan apa yang baik, bernilai atau berharga.
Jenis-jenis Nilai Sosial
Menurut Notonegoro:
1.  Nilai Material: sesuatu yang berguna bagi kehidupan masyarakat.
2.  Nilai Vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan melakukan kegiatan sehari-hari
3.  Nilai Spiritual, Segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Ciri-ciri Nilai Sosial:
  1. Dipelajari melalui sosialisasi
  2. Disebarkan dari satu individu ke individu yang lain
  3. merupakan hasil interaksi antar warga masyarakat
  4. mempengaruhi perkembangan diri seseorang
  5. pengaruh nilai tersebut berbeda pada setiap anggota masyarakat
  6. berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain
  7. bagian dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
  8. cenderung berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan membentuk kesatuan nilai.
Fungsi Nilai Sosial:
  1. Sebagai pelindung
  2. Penunjuk arah dan pemersatu
    1. memberikan alat untuk menetapkan harga sosial dari suatu kelompok
    2. mengarahkan masy. Dlm berpikir dan bertingkahlaku
    3. penentu terakhir manusia dlm memenuhi peranannya
    4. sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok
    5. sebagai pengontrol perilaku masyarakat.
  3. Motivator

Norma Sosial
Merupakan ketentuan yang berisi perintah maupun larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
Menurut Robert MZ.Lawang: Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu
Jenis-jenis Norma Sosial:
  1. Cara (usage), bentuk perbuatan yang menonjol dalam hubungan antar individu
  2. Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama
  3. Tata Kelakuan, merupakan sifat2 yang hidup dalam kelompok yang dilaksanakan sebagai pengawas bagi anggotanya.
  4. Adat Istiadat, merupakan pola perilaku yang diakui sebagai hal yang baik dan dijadikan hokum tidak tertulis dengan sanksi yang berat.
 Norma Pokok:
  1. Norma Agama
  2. Norma Kelaziman
  3. Norma Kesusilaan
  4. Norma Kesopanan
  5. Norma Hukum
Fungsi Norma Sosial:
  1. Sebagai faktor perilaku yang memungkinkan seseorang untuk menentukan lebih dulu bagaimana tindakannya akan dinilai oleh orang lain
  2. sebagai aturan yang mendorong seseorang atau kelompok untuk mencapai nilai-nilai social
  3. sebagai unsur pengendali dalam hidup bermasyarakat.

Peranan Nilai & Norma Dalam Proses Sosialisasi:
Memberi bekal pedoman kepada individu atau seseorang agar berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, sehingga individu dapat hidup dengan baik dalam masyarakat.

SOSIALISASI
Pengertian sosialisasi:
a. Bruce J Cohen:
Sosialisasi adalah proses dimana manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakatnya, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas untuk berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok.
b.  Peter L Berger
Sosialisasi adalah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat
c. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, dimana dia menjadi anggotanya.

Proses Sosialisasi:
Melalui empat tahap:
  1. Persiapan : anak mulai belajar mengambil peranan orang di sekelilingnya.
  2. Meniru : anak tidak hanya mengetahui pernan yang harus dia jalani, tetapi juga mengetahui peranan yang harus dilakukan orang lain.
  3. Siap Bertindak : Anak dianggap mampu mengambil peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat luas
  4. Menerima Norma: Anak telah siap menjalankan peranan sebagai manusia seutuhnya.
Bentuk Sosialisasi:
Berdasarkan prosesnya,
  1. Sosialisasi Primer : Sosialisasi tahap awal yang berlangsung di lingkungan terdekat, seperti Keluarga.
  2. Sosialisasi Sekunder: Sosialisasi tahap selanjutnya yang berlangsung diluar lingkungan keluarga.
Berdasarkan tempat berlangsungnya,
  1. Sosialisasi Formal: berlangsung melalui lembaga-lembaga formal menurut ketentuan yang berlaku
  2. Sosialisasi Informal: berlangsung melalui interaksi secara informal atau kekeluargaan, seperti teman, atau kelompok sosial lain.
Media (Agen) Sosialisasi:
  1. Keluarga
  2. Sekolah
  3. Media Massa
  4. Teman sepermainan
Tujuan sosialisasi:
  1. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat
  2. Menanamkan nilai-nilai pada seseorang dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat
  3. Mengembangkan kememapuan seseorang untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik
  4. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan dirinya sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat.
 Dengan sosialisasi diharapkan individu dapat:
  1. Menyesuaikan perilaku yang diharapkan dan dianggap baik oleh masyarakat
  2. Mengenal dirinya dan mengembangkan segala kemampuan dengan lingkungan social
  3. Mampu menjadi anggota masyarakat yang baik
  4. Memperoleh konsep tentang dirinya.

PERILAKU MENYIMPANG & PENGENDALIAN SOSIAL
Pengertian Perilaku Menyimpang:
Adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial.

Robert MZ Lawang: perilaku menyimpang adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial.

Menurut Lemert, Penyimpangan dibedakan menjadi dua:
  1. Penyimpangan primer; dilakukan oleh seseorang secara temporer, dan pelakunya masih dapat diterima secara sosial
  2. Penyimpangan sekunder; penyimpangan yang dilakukan secara berulang-ulang bahkan menjadi kebiasaan dan ciri khas dari pelakunya.

Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang:
  1. Faktor Internal:
    1. Intelegensi
    2. Kondisi fisik
    3. Kondisi psikis (kejiwaan)
    4. Kepribadian
    5. Usia
    6. Jenis Kelamin
    7. Kedudukan seseorang dalam keluarga
  2. Faktor eksternal
    1. Faktor sosial ekonomi
    2. Kondisi politik
    3. Faktor budaya
    4. Kehidupan rumah tangga
    5. Pendidikan di sekolah
    6. Pergaulan
    7. Media massa

Jenis Perilaku Menyimpang:
  1. Tindak Kejahatan atau Kriminal;spt pembunuhan, perampokan, pencurian, pemalsuan, penganiayaan, pemerkosaan, penculikan, dll.
  2. Penyimpangan seksual; Sodomi, transeksual,masokisme, homoseks, incest, scoptophilia, transvestite, kumpul kebo, necrophilia, perzinahan, pelacuran, dsb.
  3. Pemakaian dan peredaran obat terlarang dan alkoholisme
  4. Penyimpangan gaya hidup: spt arogansi (kesombongan), sikap eksentrik, konsumerisme, dll.
  5. Tawuran atau perkelahian antar pelajar.

Berdasarkan sifatnya, perilaku menyimpang dibedakan menjadi penyimpangan Positif & penyimpangan Negatif.
Berdasarkan jumlah pelakunya, dibedakan menjadi penyimpangan Individu & penyimpangan Kelompok.

Perilaku Menyimpang Sebagai Hasil sosialisasi Tidak Sempurna:
Tidak semua agen sosialisasi mampu menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga proses sosialisasi juga  tidak berhasil baik. Dalam kerangka ini perilaku menyimpang disebabkan oleh proses sosialisasi yang tidak sempurna.

Perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan menyimpang:
Penyimpangan ini dipicu oleh proses sosialisasi dari kelompok atau golongan masyarakat yang memiliki nilai atau kebudayaan menyimpang, seperti kelompok pencopet, penjudi, koruptor, dll.



PENGENDALIAN SOSIAL

Merupakan suatu sistem yang mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma-norma social agar kehidupan masyarakat tertib dan teratur.

Fungsi Pengendalian sosial adalah sebagai pencegah dan pereda ketegangan sosial yang diakibatkan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang,

Sifat Pengendalian sosial:
  1. Preventif; dilakukan sebagai pencegahan (sebelum penyimpangan terjadi)
  2. Represif; dilakukan sebagai pereda/penyelesaian (setelah penyimpangan terjadi)
Cara Pengendalian Sosial:
  1. Cara Persuasif; membujuk, menasehati, atau mengajak secara halus.
  2. Koersif; dilakukan dengan kekerasan fisik atau ancaman.
Lembaga Pengendalian sosial:
  1. keluarga
  2. Lembaga Penegak Hukum; pengadilan, kejaksaan, kepolisian..
  3. Lembaga Pendidikan
  4. Lembaga kemasyarakatan; RT, RW, dll
  5. Lembaga Keagamaan

Peran Lembaga Pengendalian Sosial:
  1. Menanamkan norma-norma pada masyarakat
  2. Memberikan sanksi bagi pelaku penyimpangan.

Bentuk Pengendalian sosial:
  1. Gosip
  2. Teguran
  3. Hukuman
  4. Pendidikan
  5. Agama

STRATIFIKASI SOSIAL

Merupakan Pembedaan masyarakat secara bertingkat (vertikal) ke dalam lapisan-lapisan tertentu.

Dasar Stratifikasi:
Adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap penting oleh masyarakat tertentu, seperti kekuasaan, kehormatan, kekayaan, pengetahuan, dsb.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial:
  1. Sistem Kasta
  2. Sistem Kelas
Sifat Stratifikasi sosial:
  1. Stratifikasi Terbuka
  2. Stratifikasi Tertutup

Pembagian Stratifikasi sosial:
1. Berdasarkan kriteria Ekonomi, hal-hal yang menentukan:
    a. Jenis aktifitas                                e. Tipe tempat tinggal
    b. Ekonomi                                        f.  jenis rekreasi
    c. Jenis pendapatan                         g. jabatan dlm organisasi
    d. Tingkat Pendidikan
2. Berdasarkan kriteria sosial, dilihat dari status/kedudukan
    seseorang dalam masyarakat.
    Status dibedakan menjadi dua: Status Obyektif dan Status
    Subyektif
    Status juga dapat dibedakan menurut cara memperolehnya:
    a. Ascribed Status: Status yang diperoleh secara otomatis,
       spt jenis kelamin dan kebangsawanan.
    b. Achieved Status: Status yang diperoleh karena kerja
        keras dan prestasi
    c. Assigned Status: Status yang diperoleh karena   
        penghargaan
  
DIFERENSIASI SOSIAL
Merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok secara horizontal.
Diferensiasi sosial meliputi:
a.        Diferensiasi berdasarkan Ras
b.       Diferensiasi berdasarkan Suku Bangsa
c.        Diferensiasi berdasarkan Agama
d.       Diferensiasi berdasarkan jenis kelamin
e.        Diferensiasi berdasarkan Klan/Marga
f.         Diferensiasi berdasarkan profesi

KONFLIK SOSIAL
Merupakan suatu proses dimana dua orang atau kelompok berusaha untuk saling menyingkirkan/melenyapkan dan atau membuat orang lain tidak berdaya.
Faktor Penyebab Konflik Sosial:
1.        Perbedaan kepribadian
2.        Perbedaan pendirian
3.        Perbedaan kepentingan
4.        Perubahan sosial
Bentuk-bentuk Konflik:
1.        Konflik antar pribadi
2.        Konflik antar kelas sosial
3.        Konflik Rasial/antar suku/etnis
4.        Konflik Politik
5.        Konflik Internasional
Akibat Konflik:
1.        Bertambah kuatnya rasa solidaritas antar anggota
2.        Timbulnya keretakan kesatuan kelompok
3.        Terjadi huru hara
4.        Terjadi pergeseran/perubahan nilai budaya
5.        Terganggunya ketertiban dalam masyarakat
Penyelesaian konflik:
Dikenal dengan istilah Akomodasi, yang meliputi:
1.        Koersi; bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan paksaan. Salah satu pihak berada dalam kondisi yang lebih lemah dibandingkan dengan pihak lawan. Koersi dapat bersifat fisik maupun psikis.
2.        kompromi; masing-masing pihak yang terlibat konflik saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian bersama.
3.        Arbritase; Cara mencapai kompromi dengan meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang kedudukannya lebih tinggi dari pihak yang bertikai.
4.        Mediasi; Cara menyelesaikan konflik dengan meminta bantuan pihak ketiga yang bersikap netral dan bertindak sebagai penasihat tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
5.        Konsiliasi; Usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai untuk mencapai persetujuan bersama.
6.        Toleransi; Bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal dalam wujud saling menghargai, menghormati, dan tidak saling curiga.
7.        Stalemate; Masing-masing pihak yang terlibat konflik karena kekuatannya seimbang, terhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan
8.        Ajudikasi: Bentuk penyelesaian konflik melalui pengadilan.


INTERSEKSI
Merupakan persilangan keanggotaan warga masyarakat dalam suatu kelompok sosial. Persilangan terjadi antar suku, agama, ras, dll.

KONSOLIDASI
Merupakan penguatan keanggotaan warga masyarakat dalam suatu kelompok sosial, meliputi kesatuan atau perhimpunan dalam suku, agama, dll.

Interseksi dan konsolidasi memiliki pengaruh yang cukup besar untuk mendorong terciptanya Integrasi Sosial. Integrasi sosial adalah Penyatuan berbagai unsur dalam masyarakat sehingga menjadi satu kebulatan yang utuh.



MOBILITAS SOSIAL

Merupakan perpindahan seseorang/kelompok dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lain.

Jenis Mobilitas:
1. Mobilitas Vertikal; pergerakan/perpindahan
    individu/kelompok dari satu lapisan ke lapisan lain yang
    tidak setingkat. Dibedakan menjadi dua:
a.  Mobilitas Sosial Naik (Sosial Climbing)
b. Mobilitas sosial Turun (Social Sinking)
2. Mobilitas Horizontal; perpindahan individu/kelompok dari
    satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
    sederajat.
Selain itu mobilitas juga dibedakan menjadi:
1.        Mobilitas Antargenerasi; mobilitas yang terjadi antar 2 generasi atau lebih. Mis. Kakek, ayah, Anak.
2.        Mobilitas Intragenerasi; mobilitas yang terjadi dalam satu generasi. Mis. Kakak, adik.
Faktor Pendorong Mobilitas:
1.        Faktor Status Sosial
2.        Faktor Ekonomi
3.        Faktor Situasi Politik
4.        Faktor Kependudukan
5.        Keinginan untuk melihat daerah lain
Faktor Penghambat Mobilitas:
1.        Perbedaan Ras dan Agama
2.        Terjadinya diskriminasi kelas
3.        Pengaruh sosialisasi yang kuat
4.        Kemiskinan
5.        Perbedaan jenis kelamin
Cara Mobilitas:
1.        Perubahan Standar hidup
2.        Perubahan tempat tinggal
3.        Perubahan Tingkah laku
4.        Perubahan nama
5.        Perkawinan
6.        Bergabung dengan organisasi tertentu
Saluran Mobilitas:
1.        Organisasi pemerintahan
2.        Angkatan Bersenjata
3.        Lembaga Keagamaan
4.        Organisasi Politik
5.        Lembaga Pendidikan
6.        Lembaga Ekonomi
7.        Organisasi Keahlian, dsb.

KELOMPOK SOSIAL

Merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
Kriteria kelompok sosial:
1.        Setiap anggota kelompok menyadari bahwa ia merupakan bagian dari keompok yang bersangkutan
2.        ada hubungan timbal balik antar anggota kelompok
3.        ada faktor yang dimiliki bersama yang menjadi pengikat atau pemersatu
4.        berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku
5.        bersistem dan berproses

Faktor yang mendasari terbentuknya kelompok sosial adalah kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin hidup bersama orang lain.

Proses terbentuknya kelompok
Kelompok terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang yang berkerumun, selanjutnya berkelompok karena memiliki ikatan persamaan kepentingan, nasib, persepsi, tujuan, atau profesi. Dalam kelompok terjadi interkasi dan bersepakat mengenai norma-norma yang mereka buat sendiri.

Fase perkembangan kelompok:
1.        Fase terbentuk
2.        Fase tersusun
3.        Fase terfokus
4.        Fase dewasa

 Bentuk-bentuk kelompok:
1. Kelompok teratur, terdiri dari:
    a. In Group dan Out Group
    b. Primary Group dan Secondary Group
    c. Gemeinschaft (Paguyuban) & Gesselschaft (patembayan)
2. Kelompok tidak teratur
    a. Kerumunan (Crowd)
    b. Publik


MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam kebudayaan.

Ciri-ciri Masyarakat Multikultural:
1.        Terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok yang satu sama lain memiliki sub kebudayaan berbeda
2.        Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam beberapa lembaga non komplementer
3.        Kurang mengembangkan consensus terhadap nilai yang bersifat dasar
4.        Relatif sering mengalami konflik
5.        Integrasi sosial
6.        Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok tertentu terhadap kelompok yang lain

Sebab terjadinya masyarakat multikultural:
1.        Perbedaan struktur geologi
2.        Posisi Silang/Strategis
3.        Bentuk wilayah yang terpecah-pecah
4.        Sejarah
5.        Akumulasi Budaya

Permasalahan dalam masyarakat multikultural:
1.        Konflik antarsuku
2.        Konflik antaragama
3.        konflik antargolongan
4.        Konflik vertikal
5.        Lunturnya identitas budaya Indonesia

Perilaku dalam masyarakat multikultural:
Multikulturalisme dan perubahan kebudayaan erat kaitannya dengan sikap toleransi dan empati sosial. Toleransi dan empati mendorong terjadinya komunikasi dalam masyarakat. Toleransi akan mengurangi pertentangan dan empati akan menimbulkan sikap saling merasakan perasaan orang lain.


PERUBAHAN SOSIAL

Merupakan semua bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat dalm bentuk struktur sosial, lembaga-lembaga sosial, system sosial, dan berbagai aktifitas sosial masyarakat.

Bentuk Perubahan Sosial:
Berdasarkan kecepatannya,
1.        Evolusi
2.        Revolusi
Berdasarkan prosesnya:
1.        Perubahan yang bersifat Periodik
2.        Perubahan yang bersifat non periodic
Berdasarkan perencanaan:
1.        Perubahan terencana
2.        Perubahan tidak terrencana

Faktor Penyebab Perubahan Sosial:
1. Faktor internal:
    a. Bertambah dan berkurangnya penduduk
    b. Penemuan baru
    c. Pertentangan dalam masyarakat
    d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
2. Faktor Eksternal:
    a. Bencana alam
    b. Peperangan
    c. Pengaruh kebudayaan lain

 Faktor Pendorong perubahan sosial:
1.        kontak dengan kebudayaan lain
2.        system pendidikan formal yang maju
3.        sikap menghargai hasil karya orang lain
4.        system terbuka dalam lapisan masyarakat
5.        penduduk yang heterogen
6.        ketidakpuasan masyarakat pada bidang kehidupan tertentu
7.        orientasi ke masa depan
8.        toleransi terhadap hal yang menyimpang

Faktor penghambat perubahan sosial:
1.        Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2.        Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
3.        sikap masyarakat yang tradisional
4.        adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat
5.        rasa takut terjadinya kegiyahan pada integrasi sosial
6.        prasangka terhadap hal-hal yang baru dan asing
7.        hambatan yang bersifat ideologis
8.        adapt atau kebiasaan

Dampak Positif perubahan sosial:
1.        Demokratisasi
2.        Globalisasi
3.        Modernisasi

Dampak Negatif:
1.        Westernisasi
2.        Sekularisme
3.        Konsumerisme
4.        Hedonisme

LEMBAGA SOSIAL

Menurut Soerjono Soekanto:
Adalah kumpulan norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.

Major Polak:
Merupakan suatu kompleksitas atau system peraturan dan adapt istiadat yang mempertahankan nilai-nilai penting.

Ciri-ciri lembaga sosial menurut Gillin & Gillin:
1.        mempunyai tingkat kekelan tertentu
2.        mempunyai tujuan
3.        mempunyai perangkat untuk mencapai tujuan
4.        mempunayi lambing atau symbol
5.        mempunyai tradisi tertulis dan tidak tertulis
6.        berbentuk organisasi pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktifitas masyarakat.

Tipe-tipe Lembaga Sosial:
1. Berdasarkan perkembangannya:
    a. Crescive institutions. Lembaga yang tidak sengaja tumbuh
       dari adapt istiadat masyarakat
    b. Enacted institutions. Lembaga yang sengaja dibentuk
        untuk kepentingan tertentu
2. Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat:
    a. Basic Institutions. Lembaga yang digunakan untuk
       mempertahankan dan memelihara tata tertib dalam
       masyarakat
    b. Subsidiary Institutions. Lembaga sosial yang berkaitan
       dengan hal-hal yang kurang penting.
3. Dari segi penerimaan masyarakat
    a. Social sanctioned institutions. Lembaga yang diterima
       masyarakat. spt; sekolah, perusahaan, perbankan dan
       koperasi
    b. Unsanctioned Institutions. Lembaga yang ditolak  
        masyarakat, spt; perjudian, perampokan, dll
4. Dari faktor penyebarannya
    a. General Institutions. Lembaga yang dikenal oleh hampir
       seluruh masyarakat di dunia. Spt; agama, IPTEK
    b. Restricted Institutions. Lembaga yang dianut oleh
        masyarakat tertentu. Spt; agama Islam, Kristen, Hindu, dll








5. Dari sudut fungsinya:
    a. Operative Institutions. Lembaga yang berfungsi
        menghimpun tata cara yang diperlukan untuk mencapai
        tujuan lembaga. Spt; Lembaga industri
    b. Regulative Institutions. Lembaga yang bertujuan
        mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak
        menjadi bagian mutlak dari lembaga itu sendiri. Contoh;
        Lembaga Hukum

Fungsi Lembaga Sosial:
1.        Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana seharusnya bertingkah laku
2.        Menjaga keutuhan masyarakat
3.        Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial

Lembaga sosial juga memiliki fungsi:
1.       Manifes (Nyata)
2.       Latent ( Terselubung)

Lembaga Sosial yang ada dalam masyarakat:

1. Lembaga/pranata Keluarga.
    Merupakan kesatuan kelompok terkecil dalam masyarakat.
    Memiliki fungsi Nyata:
a.        Biologis/Reproduksi. Mengatur hubungan seksual untuk memperoleh keturunan
b.       Edukasi. Mengatur tanggungjawab untuk merawat dan mendidik anak
c.        Sosial. Mengatur hubungan kekeluargaan dan kekerabatan
d.       Afeksi. Mencurahkan kasih saying kepada anggota keluarga yang lain.
Fungsi Tersembunyi:
a.        Ekonomi. Mengatur dan memenuhi kebutuhan rumah tangga
b.       Pengendali sosial dari tindakan menyimpang
c.        Pewarisan gelar dan marga
d.       Proteksi. Melindungi anggota keluarga

2. Lembaga/Pranata Ekonomi
Adalah bagian dari pranata sosial yang bertalian dengan pengaturan bidang ekonomi, seperti masalah produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa.

3. Lembaga/Pranata Politik
Merupakan institusi atau pranata yang mempunyai kegiatan dalam suatu Negara yang berkaitan dengan proses untuk menentukan dan melaksanakan tujuan Negara.
Fungsi pranata politik:
a.        Memelihara ketertiban dalam wilayahnya
b.       Menjaga keamanan dari berbagai ancaman dan serangan pihak luar
c.        Melaksanakan kesejahteraan umum, menyelenggarakan perencanaan dan pelayanan pemenuhan kebutuhan publik.

4. Lembaga/Pranata Pendidikan
Fungsi Nyata:
a.        Mempersiapkan anggota masyarakat dalam mencari nafkah
b.       Mengembangkan bakat/potensi yang dimiliki seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
c.        Melestarikan kebudayaan dengan mewariskan kepada generasi berikutnya
d.       Melatih keterampilan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki seseorang.

Fungsi Latent/tersembunyi:
a.        Menunda kedewasaan anak
b.       Menjadi saluran mobilitas sosial
c.        Memelihara integrasi dalam masyarakat

 5. Lembaga/Pranata Agama
Kedudukan agama terletak padfa ajaran yang dipandang sacral oleh pemeluknya. Melalui wahyu atau kitab suci memberi petunjuk kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Unsur-unsur Agama:
c.        Kepercayaan
d.       Symbol agama
e.        Praktek keagamaan
f.         Ummat beragama
g.       Pengalaman beragama

Fungsi Agama:
1.        Berfungsi sebagai petunjuk untuk mengatasi segala kesulitan yang diakibatkan oleh ketidakpastian dan keterbatasan manusia
2.        Sebagai pengukuhan nilai-nilai yang bersumber pada kerangka acuan sakral sehingga norma dan sanksinya pun sakral
3.        Menciptakan suatu ikatan bersama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat
4.        fungsi sosialisasi individu dalam mengenal nilai dan norma yang dianutnya.

PENELITIAN SOSIAL

Langkah-langkah Penelitian Sosial:
1. Menyusun Rancangan Penelitian
    a. Perumusan masalah    
    b. Memilih objek penelitian
    c. Melakukan studi pendahuluan
    d. Merumuskan anggapan dasar/hipotesis
    e. Memilih metode penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
    a. Mengumpulkan data
        Data Kualitatif, yaitu data yang bukan berupa angka
        Data kuantitatif, data yang berupa angka
        Data Primer, data yang diperoleh langsung dari objek 
                              Penelitian
        Data Sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung
        misalnya melalui studi kepustakaan, dokumen resmi,
        atau media lain.
    b. Analisis Data
    c. Menarik Kesimpulan
3. Pembuatan Laporan Penelitian

Komponen Dalam Rancangan Penelitian:
1. Topik dan Judul Penelitian
    Hal yang harus diperhatikan dalam memilih judul:
    a. Singkat, padat, dan jelas
    b. Bersifat aktual
    c. Menarik untuk diteliti
    d. Bermanfaat
    e. Bersifat Realistis
2. Latar Belakang Masalah
    Alasan yang melatarbelakangi pemilihan tema atau topik
    Penelitian
3. Rumusan Masalah dan Hipotesis
    Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
4. Landasan Teori
    Merupakan paparan teori yang digunakan dalam
    permasalahan penelitian. Dikenal juga dengan istilah studi
    kepustakaan/tinjauan pustaka.
5. Definisi Konsep dan Definisi Operasional
    Definisi Konsep merupakan definisi variabel-variabel yang
    akan diteliti
    Definisi Operasional merupakan bagian atau sub-sub dari
    Definisi konsep.
6. Populasi dan Sampel
    Populasi adalah Objek penelitian secara keseluruhan
    Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan
    teknik tertentu.
   
  Teknik Menentukan Sampel:
    a. Purposive sampling, tehnik pengambilan sampel yang
       didasarkan pada tujuan tertentu
    b. Proporsional Sampling, sampel yang dipilih bersifat
       representatif atau mewakili gambaran yang ada pada
       populasi
    c. Snowball sampling, tehnik penetapan sample yang jumlah
       sampelnya berkembang dari sedikit menjadi semakin banyak.
d.Random sampling, tehnik menentukan sample secara acak
e.  Stratified Random sampling, pengembangan dari tehnik random, tetapi sudah mempertimbangankan tingkatan/strata yang ada dalam populasi
f.   Ordinal Random sampling. Pengambilan sample secara ordinal atau mengambil perwakilan dari populasi dengan interval tertentu.
g. Area Random sampling, tehnik yang digunakan apabila populasinya tersebar secara tidak menentu pada banyak wilayah.

Tehnik Pengumpulan Data:
1. Tehnik angket/kuisioner
2. Tehnik wawancara/interview
3. Tehnik Observasi
4. Tehnik Studi Kepustakaan
5. tehnik Analisis Media Massa

Penyajian Data Penelitian:
1. Inventarisasi dan Pengeditan Data (Editing)
    a. memeriksa kembali lembar  pertanyaan
    b. memeriksa kelengkapan identitas responden
    c. memeriksa lembar jawaban responden
2. Memberi Kode (Coding)
    Mengklasifikasikan jawaban responden sehingga mudah diolah
    Menurut kode-kode tertentu
3. Klasifikasi
    Pengelompokan data sesuai dengan karakteristiknya masing-
    Masing
4. Tabulasi Data
    Pengolahan data dengan cara memasukkan kedalam table.
    a. Tabulasi langsung
    b. Lembaran Kode (Code sheet)
    c. Tabulasi Frekuensi
    d. Tabulasi silang

Pengolahan Data Penelitian:
1. Pengolahan data Statistik
    a. Distribusi Frekuensi
    b. Ukuran Pemusatan (Tendensi Sentral)
        - Mean (Rerata)
        - Modus (Nilai yang paling sering muncul)
        - Median (Nilai tengah)
    c. Mengukur derajat hubungan antar variable (Korelasi)

2. Pengolahan Data non Statistik
    a. Reduksi Data, mengkategorikan data hasil penelitian ke dalam
       beberapa pola atau kategori
    b. Penyajian Data, data disjaikan ke dalam matriks sesuai
       dengan pola atau kategori yang telah ditentukan sebelumnya.
    c. Penarikan Kesimpulan

Jenis Korelasi data:
1. Hubungan Simetris
2. Hubungan Timbal Balik
3. Hubungan Asimetris.


“Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan;
Setelah kesempitan ada kelapangan;
Maka apabila telah selesai suatu urusan,
kerjakanlah urusan yang lain;
dan kepada Tuhanmu, hadapkanlah pengharapan”
(QS. Al Insyirah; 5 – 8)